Redmi Note 3 sebenarnya telah tersedia sejak November 2015 dengan prosesor MediaTek Helio X10 . Tiga bulan kemudian, Xiaomi kembali memperkenalkan versi “Pro,” yang diklaim sebagai smartphone pertama di dunia dengan prosesor Snapdragon 650.
Saya mendapat kesempatan untuk mencicipi performa Xiaomi Redmi Note 3 Pro, yang juga dikenal dengan label Snapdragon Version. Berikut adalah kesan saya setelah menggunakannya selama beberapa hari. Sebelumnya, mari kita lihat spesifikasi utama smartphone ini.
Layar | 5,5 inci 1080 x 1920 piksel, 403 ppi |
Prosesor | Qualcomm MSM8956 Snapdragon 650 (Quad-Core 1,4 GHz Cortex-A53 & Dual-Core 1,8 GHz Cortex-A72) |
GPU | Adreno 510 |
RAM | 2 GB (model 16 GB) atau 3 GB (model 32 GB) |
Memori Internal | 16 GB atau 32 GB |
Kamera belakang | 16 MP, f/2.0, otofokus phase detection |
Kamera depan | 5 MP, f/2.0 |
Dimensi | 150 x 76 x 8,7 mm |
Bobot | 164 g |
Baterai | 4050 mAh |
Perlu diketahui, varian yang sudah tersedia secara resmi di Indonesia memiliki memori internal 16 GB dan RAM 2 GB. Selain itu, meski sejatinya Redmi Note 3 Pro yangdiluncurkan di Indonesia pada akhir Mei 2016 ini mendukung jaringan 4G, Xiaomi menguncinya demi mematuhi peraturan TKDN.
Desain
Sebagian besar bodi Redmi Note 3 Pro terbuat dari aluminium sehingga memberikan kesan premium. Menganut desain unibody, kamu tidak bisa mengganti baterai tanpa membongkar bodinya. Material plastik terdapat pada sisi atas dan bawah bagian belakang, dan panel kaca pada bagian depan—di mana LCD 5,5 inci dengan resolusi 1920 x 1080 terbenam.
Seperti smartphone Android pada umumnya, kontrol navigasi dapat ditemukan di bawah layar. Kontrol tersebut dilengkapi fitur backlit yang memudahkan penggunaan dalam kondisi gelap. Tombol power terletak pada sisi kiri perangkat, bersebelahan dengan tombol volume yang berfungsi ganda sebagai shutter kamera.
Pada sisi kiri, terdapat selot kartu SIM ala iPhone yang dapat dibuka dengan menusuk lubangnya. Kamu dapat memilih untuk memasang dua kartu SIM (mikro dan nano), atau satu kartu SIM dan satu microSD—walaupun di internet banyak beredar tutorial yang memungkinkan kamu memasang dua kartu SIM dan microSD sekaligus.
Lubang pengecasan yang masih menggunakan port USB mikro terdapat di bagian bawah, sedangkan lubang earphone dan sensor infra merah ada di bagian atas. Pada bagian belakang, terdapat kamera utama dengan two-tone dual LED flash. Tepat di bawah flash, kamu akan menemukan fitur unggulan dari smartphone ini, sensor sidik jari.
Menurut Xiaomi, sensor tersebut mampu merespons dengan kecepatan 0,3 detik. Namun kecepatan itu berlaku saat kondisi layar dalam keadaan menyala. Ketika kamu membuka kunci layar dari posisi standby, misalnya, waktu yang dibutuhkan sekitar dua kali lipat. Walau begitu, ketika saya mencobanya, masih terasa sekali kecepatannya. Bahkan hampir secepat Touch ID pada iPhone 6s. Serunya lagi, kamu bisa menggunakan sensor tersebut untuk mengaktifkan shutter kamera.
Sistem operasi
Smartphone ini menggunakan MIUI 7 yang berjalan di atas Android 5.1.1 Lollipop. Jika kamu belum pernah menggunakan smartphone Xiaomi, MIUI bisa dikatakan sebagai perpaduan antara desain Android dan iOS. Hasilnya adalah antarmuka yang atraktif dan ramah pengguna, serta dibekali dengan fitur-fitur yang cukup fungsional.
Beberapa fitur tersebut antara lain dukungan tema, permission manager, kemampuan untuk mematikan fungsi autostart pada suatu aplikasi, pemblokir telepon dan SMS, fungsi mengunci aplikasi dengan sensor sidik jari, child mode, folder tersembunyi, modepengoperasian satu tangan, kemampuan menghapus beberapa aplikasi sekaligus, dan sebagainya.
Ada beberapa aplikasi bawaan yang menurut saya menarik. Seperti misalnya Mi Remote, yang memungkinkan saya mengontrol TV dan AC via sensor infra merah. Dari pengalaman saya mencoba, prosesnya juga terbilang mudah.
Sejauh ini saya belum menemukan keluhan dari sistem operasi tersebut, kecuali ikon semua aplikasi yang dibuat kotak membulat—yang lebih menyerupai iOS ketimbang Android.
Performa
Snapdragon 650 merupakan prosesor Hexa-Core yang terdiri dari dua Cortex-A72 1,8 GHz dan empat Cortex-A53 1,4 GHz. Sementara MediaTek Helio X10 pada versi Redmi Note 3 sebelumnya adalah prosesor Octa-Core dengan delapan Cortex-A53 2,0 GHz.
Hasil pengujian yang saya lakukan dengan GeekBench 3 cukup menarik. Dalam tes Single-Core, skornya mampu melampaui Samsung Galaxy S6 yang dibekali prosesor Octa-Core Exynos 7420. Namun dalam tes Multi-Core, perbandingan skor dengan smartphone yang sama terpaut cukup jauh. Lalu pada pengujian dengan AnTuTu Benchmark, performa Redmi Note 3 Pro tampak di atas iPhone 5s.
Dalam penggunaan sehari-hari, Redmi Note 3 Pro cukup bisa diandalkan. Membuka dan menutup aplikasi dapat dilakukan dengan cepat, scrolling dan animasi terasa halus, serta semua fungsi berjalan tanpa kendala. Kesan yang saya rasakan adalah sistem operasinya telah dioptimalkan dengan Snapdragon 650.
Saat digunakan untuk bermain game, bodi bagian belakang terasa agak hangat—walau tidak terlalu mengganggu. Aluminium memang cenderung menyebarkan panas, sehingga ini umum terjadi di smartphone yang bodinya terbuat dari material tersebut. Setidaknya Xiaomi mampu menjaga agar temperatur tetap pada batas yang wajar.
Kamera
Kekurangan Xiaomi Redmi 3 Pro terletak pada sektor kamera. Meski spesifikasi di atas kertas cukup mumpuni, yaitu kamera belakang 16 MP dengan phase detection autofocus,aperture f.20, two-tone dual LED flash, dan video 1080p, hasil jepretannya berkata lain.
Terdapat noise yang cukup mengganggu pada foto yang diambil di dalam ruangan. Lalumode HDR hanya mampu meningkatkan bayangan, sehingga hasilnya adalah foto yang terlalu terang.
Saat menggunakan mode HDR, performa kamera jadi jauh lebih lambat. Meski saat penggunaan normal pun sebenarnya kemampuan memotret Redmi Note 3 Pro tidak bisa dibilang cepat juga. Ketika saya memotret dengan mode panorama, terjadi penurunan kualitas yang cukup signifikan. Berikut adalah hasil foto dengan kamera utama:
Sayangnya saya tidak bisa memberikan penilaian pada kamera depan yang memiliki resolusi 5 MP dan aperture f2.0. Alasannya karena unit review yang saya gunakan telah dilapisi antigores, yang mana lapisan tersebut menutupi lensa kamera depan dan membuat kamera buram.
Daya tahan baterai
Redmi Note 3 hadir dengan baterai 4.050 mAh dan fitur Quick Charge generasi pertama. Untuk mengisi dayanya dari setengah hingga penuh, dibutuhkan waktu sekitar satu jam. Sedangkan untuk mengisi daya dari kosong, dibutuhkan waktu sekitar dua setengah jam. Andai saja Xiaomi menyematkan fitur Quick Charge 2.0, tentu waktu pengecasannya akan lebih singkat lagi.
Jika smartphone digunakan terus menerus tanpa standby, baterainya mampu bertahan selama enam hingga tujuh jam. Namun untuk pemakaian normal, seperti sesekali browsing, media sosial, dan berkirim pesan, unit yang saya gunakan mampu bertahan hingga keesokan harinya.
Kesimpulan
Xiaomi Redmi Note 3 Pro ideal untuk kamu yang mencari smartphone dengan performa mumpuni, namun tidak terlalu memusingkan soal kualitas kamera dan koneksi 4G yang terkunci. Selain itu, sensor sidik jarinya juga akan membuat alur penggunaan jadi lebih cepat, meski fitur mengganti kata sandi dengan sidik jari hanya kompatibel dengan aplikasi tertentu saja.
Dengan spesifikasi dan performa yang ditawarkan, banderol harga resmi Rp2,6 juta sangat masuk akal. Namun jika kamu bersedia mengorbankan garansi, kamu bisa mendapatkan varian di atasnya, dengan memori internal 32 GB dan RAM 3 GB, yang harganya hanya terpaut beberapa ratus ribu lebih mahal via jalur tidak resmi.
No comments:
Post a Comment
Jika ingin Mencopy Paste Artikel Di atas Jangan lupa sertakan sumber www.galihhackers.blogspot.com Oke atas Perhatianya Terima Kasih